Angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) adalah salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan penduduk di suatu negara. TFR menunjukkan rata-rata jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang wanita selama masa suburnya. Pada tahun 2023, angka kelahiran di berbagai negara dan wilayah di Asia Timur, termasuk Jepang, China, Taiwan, Korea Selatan, dan Hong Kong, terus menjadi topik diskusi karena tren penurunan angka kelahiran yang terus berlanjut.
Penurunan angka kelahiran di negara-negara ini mencerminkan berbagai faktor, seperti perubahan pola hidup, biaya hidup yang meningkat, serta pergeseran nilai dan prioritas dalam masyarakat. Artikel ini akan membahas secara mendetail perbandingan angka kelahiran di lima negara dan wilayah Asia tersebut, serta implikasinya bagi masa depan demografi mereka.
Mari kita lihat lebih dekat bagaimana situasi angka kelahiran di Jepang, China, Taiwan, Korea Selatan, dan Hong Kong pada tahun 2023, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hong Kong, sebagai Daerah Administratif Khusus China, memiliki angka kelahiran terendah di antara wilayah yang dianalisis, yaitu 0.7709 pada tahun 2023. Hong Kong telah lama dikenal dengan biaya hidup yang sangat tinggi, terutama untuk perumahan, yang menjadi salah satu faktor utama dalam rendahnya angka kelahiran. Selain itu, tekanan pekerjaan yang tinggi dan budaya kerja yang kompetitif juga berkontribusi pada keengganan pasangan muda untuk memiliki anak.
Pemerintah Hong Kong telah mengambil langkah-langkah untuk mencoba meningkatkan angka kelahiran, termasuk menyediakan insentif keuangan dan memperbaiki fasilitas perawatan anak, tetapi tantangan dalam mengatasi biaya hidup yang tinggi dan tekanan sosial tetap menjadi hambatan utama. Rendahnya angka kelahiran ini memicu kekhawatiran tentang masa depan tenaga kerja dan penuaan populasi di Hong Kong.
Korea Selatan mencatat angka kelahiran total yang sangat rendah pada tahun 2023, yaitu 0.8831, yang menjadikannya salah satu negara dengan angka kelahiran terendah di dunia. Tren ini telah berlangsung selama beberapa tahun, dengan angka kelahiran yang terus menurun meskipun ada berbagai upaya pemerintah untuk membalikkan tren ini. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan termasuk tekanan sosial dan ekonomi yang tinggi, terutama bagi generasi muda, serta biaya perumahan dan pendidikan yang sangat mahal.
Pemerintah Korea Selatan telah mencoba berbagai strategi untuk mendorong kelahiran, seperti menawarkan insentif keuangan, memperbaiki kebijakan keseimbangan kerja-kehidupan, dan meningkatkan dukungan untuk layanan anak. Namun, perubahan mendasar dalam masyarakat dan ekonomi Korea Selatan tampaknya masih menjadi tantangan besar dalam meningkatkan angka kelahiran.
Taiwan mencatat angka kelahiran total sebesar 1.1504 pada tahun 2023, menempatkannya di peringkat ketiga. Angka kelahiran di Taiwan juga mengalami tren penurunan, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mirip dengan negara-negara Asia Timur lainnya, seperti tingginya biaya pendidikan dan perumahan, serta pergeseran nilai-nilai tradisional terkait pernikahan dan keluarga.
Di Taiwan, peran wanita dalam angkatan kerja dan pendidikan yang lebih tinggi juga telah berdampak pada keputusan untuk menunda pernikahan dan memiliki anak. Pemerintah Taiwan telah mencoba mengatasi masalah ini melalui berbagai kebijakan, termasuk dukungan keuangan untuk keluarga dengan anak dan program keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih baik, tetapi tantangan demografis masih tetap ada.
China berada di peringkat kedua dengan angka kelahiran total sebesar 1.1899 pada tahun 2023. Meskipun angka ini lebih tinggi dari beberapa negara tetangganya, angka kelahiran di China telah mengalami penurunan drastis dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar akibat kebijakan satu anak yang diberlakukan selama lebih dari 30 tahun. Meskipun kebijakan tersebut telah dilonggarkan menjadi kebijakan dua anak dan kemudian tiga anak, angka kelahiran belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Penurunan angka kelahiran di China dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti biaya hidup yang tinggi, urbanisasi yang cepat, serta perubahan dalam struktur keluarga dan nilai-nilai sosial. Pemerintah China kini menghadapi tantangan besar dalam mengelola dampak dari populasi yang menua, dengan jumlah angkatan kerja yang menurun dan kebutuhan untuk memperkuat jaring pengaman sosial bagi lansia.
Pada tahun 2023, Jepang mencatat angka kelahiran total sebesar 1.3148, yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara yang dibahas dalam artikel ini. Meskipun angka ini masih di bawah tingkat penggantian populasi yang ideal, yaitu 2.1, Jepang tetap berada di posisi teratas. Pemerintah Jepang telah lama berupaya untuk meningkatkan angka kelahiran dengan berbagai kebijakan, termasuk insentif keuangan, program keseimbangan kerja dan kehidupan, serta peningkatan layanan penitipan anak.
Namun, tantangan demografis di Jepang tetap signifikan, dengan populasi yang semakin menua dan jumlah penduduk yang menurun. Fenomena ini dikenal sebagai 'masyarakat super-aged', di mana lebih dari 20% populasi berusia di atas 65 tahun. Situasi ini memberikan tekanan pada sistem kesejahteraan sosial dan ekonomi negara, serta mempengaruhi kebijakan tenaga kerja dan imigrasi.