Roti, makanan yang identik dengan sarapan ala Barat ini ternyata sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dari roti tawar untuk sarapan, roti manis untuk camilan, hingga artisan sourdough yang lagi hits, pilihannya semakin beragam. Namun, pernahkah Anda berpikir, berapa sih harga sepotong roti di negara lain? Apakah semurah di negara kita?
Sebuah data terbaru merilis indeks harga roti di berbagai negara, dan hasilnya benar-benar mencengangkan! Beberapa negara yang tidak kita duga ternyata memiliki harga roti yang selangit, bahkan melampaui negara-negara maju yang terkenal dengan biaya hidup tingginya. Data ini membandingkan harga roti dengan mengambil rata-rata dunia sebagai patokan di angka 100.
Dalam daftar ini, kita akan mengupas tuntas 10 negara dengan harga roti paling mahal di dunia. Siap-siap terkejut melihat negara mana saja yang masuk dalam daftar, dan tentu saja, kita akan cari tahu di manakah posisi Indonesia tercinta. Yuk, kita simak bersama!
Nah, ini dia yang kita tunggu-tunggu! Indonesia berada di peringkat ke-127 dengan indeks harga roti 87,9. Ini berarti harga roti di Indonesia secara umum sekitar 12% lebih murah dibandingkan rata-rata dunia. Tentu ini kabar baik bagi kita semua, para pencinta roti di tanah air.
Ada beberapa alasan mengapa harga roti di Indonesia relatif terjangkau. Meskipun kita juga mengimpor gandum, biaya tenaga kerja dan operasional di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara di peringkat atas. Selain itu, persaingan yang ketat di antara produsen roti, dari merek besar hingga UMKM dan toko roti lokal, membantu menjaga harga tetap kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat luas.
Menutup daftar 10 besar adalah Islandia, negara pulau di Atlantik Utara. Lokasinya yang terpencil dan iklimnya yang ekstrem membuat pertanian gandum hampir mustahil dilakukan. Oleh karena itu, Islandia harus mengimpor hampir seluruh kebutuhan gandumnya, yang tentu saja sangat mahal karena biaya transportasi yang tinggi.
Selain isolasi geografis, Islandia juga memiliki standar hidup dan tingkat upah yang sangat tinggi, yang secara langsung menaikkan biaya produksi di semua sektor, termasuk pembuatan roti. Meskipun negaranya indah dan unik, biaya hidup di Islandia, termasuk untuk membeli sepotong roti, adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Ini adalah harga yang harus dibayar untuk hidup di negeri es dan api.
St. Kitts & Nevis adalah negara terkecil di benua Amerika, dan ukurannya yang mini membawa tantangan ekonomi tersendiri. Seperti negara-negara kepulauan Karibia lainnya dalam daftar ini, perekonomiannya sangat bergantung pada pariwisata dan impor. Skala ekonomi yang kecil membuat produksi lokal menjadi tidak efisien, sehingga hampir semua kebutuhan harus didatangkan dari luar negeri.
Biaya pengiriman barang ke negara kepulauan kecil secara inheren lebih mahal, dan ini langsung tercermin pada label harga di toko. Industri pariwisata yang menargetkan segmen mewah juga ikut mendorong naiknya harga-harga secara umum. Akibatnya, harga roti yang hampir 90% lebih mahal dari rata-rata dunia adalah sebuah keniscayaan ekonomi di negara mungil ini.
Tingginya harga roti di Israel dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks. Pertama, biaya hidup secara umum di negara ini memang tergolong tinggi, terutama di kota-kota besar. Biaya produksi, termasuk upah tenaga kerja dan energi, juga lebih tinggi dibandingkan banyak negara lain. Selain itu, adanya sertifikasi 'kosher' untuk produk makanan dapat menambah lapisan biaya dan kerumitan dalam proses produksi.
Meskipun memiliki teknologi pertanian yang maju, keterbatasan sumber daya alam seperti air dan lahan subur membuat Israel tetap harus mengimpor sebagian bahan pangan, termasuk gandum. Kombinasi dari biaya hidup yang tinggi, regulasi keagamaan dalam produksi pangan, dan ketergantungan impor menjadikan harga roti di Israel hampir dua kali lipat dari rata-rata global.
Kembali ke Karibia, St. Lucia menempati peringkat ketujuh. Negara kepulauan yang indah ini menghadapi tantangan yang sama dengan tetangganya: ketergantungan yang sangat besar pada impor pangan. Karena gandum tidak dapat tumbuh di iklim tropis, seluruh pasokan harus didatangkan dari negara lain, yang secara otomatis meningkatkan harga karena biaya logistik.
Perekonomian yang sangat bergantung pada sektor pariwisata juga cenderung menciptakan inflasi pada harga barang-barang kebutuhan pokok. Harga yang tinggi ini mungkin tidak terlalu menjadi masalah bagi wisatawan, tetapi menjadi beban bagi penduduk lokal. Ini adalah contoh lain bagaimana geografi dan struktur ekonomi suatu negara dapat berdampak langsung pada harga makanan sehari-hari.
Ini dia fakta yang paling mengejutkan: Korea Selatan berada di peringkat keenam, bahkan lebih mahal dari banyak negara Eropa lainnya! Dengan indeks 198,2, harga roti di Negeri Ginseng hampir dua kali lipat rata-rata dunia. Salah satu penyebabnya adalah roti dianggap sebagai makanan sekunder atau bahkan produk gaya hidup, bukan makanan pokok seperti nasi. Budaya 'bakery cafe' yang menjamur menjadikan roti sebagai produk premium.
Seperti Jepang, Korea Selatan juga sangat bergantung pada impor gandum. Selain itu, rantai distribusi yang kompleks dan biaya sewa properti yang sangat tinggi di kota-kota besar seperti Seoul berkontribusi besar pada harga jual roti. Konsumen yang rela membayar lebih untuk roti berkualitas dan inovatif dari merek-merek ternama juga ikut membentuk pasar roti premium di negara ini.
Tidak mengherankan melihat Swiss dalam daftar ini, karena negara ini sudah lama dikenal sebagai salah satu negara dengan biaya hidup termahal di dunia. Dengan indeks harga 205, harga roti di Swiss mencerminkan tingginya upah minimum, biaya sewa, dan harga bahan baku lokal. Kebijakan proteksionisme pertanian untuk melindungi petani lokal juga membuat harga produk agrikultur menjadi lebih mahal.
Masyarakat Swiss sangat menghargai kualitas dan produk artisan. Banyak toko roti lokal yang menjual roti yang dibuat dengan metode tradisional dan bahan-bahan organik, yang tentunya memiliki harga lebih tinggi. Menikmati roti segar dari toko roti di Swiss adalah sebuah pengalaman premium yang sebanding dengan harganya yang tinggi.
Inilah kejutan pertama dari Asia! Jepang menempati peringkat keempat dengan indeks harga roti 206,1, dua kali lipat lebih mahal dari rata-rata global. Meskipun dikenal sebagai negara produsen teknologi canggih, Jepang sangat bergantung pada impor gandum untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Hal ini menjadi salah satu pendorong utama tingginya harga roti.
Selain itu, masyarakat Jepang memiliki standar yang sangat tinggi terhadap kualitas makanan. Roti, terutama 'shokupan' (roti tawar premium), dianggap sebagai produk berkualitas tinggi yang dibuat dengan bahan-bahan terbaik. Budaya ini, dikombinasikan dengan biaya produksi dan tenaga kerja yang tinggi, menjadikan harga sepotong roti di Jepang setara dengan makanan mewah di negara lain.
Peringkat ketiga kembali diduduki oleh negara kepulauan di Karibia, yaitu Kepulauan Virgin Britania Raya. Dengan indeks harga 223, negara ini menegaskan pola bahwa wilayah kepulauan kecil yang mengandalkan pariwisata dan jasa keuangan cenderung memiliki biaya hidup yang sangat mahal. Semua bahan untuk membuat roti harus diimpor, yang tentunya memakan biaya transportasi dan bea masuk yang tidak sedikit.
Struktur ekonomi ini menciptakan inflasi harga pada barang-barang konsumsi, termasuk makanan sehari-hari. Bagi para turis yang datang dengan kapal pesiar mewah mungkin tidak terlalu terasa, namun bagi penduduk setempat, harga roti yang mahal ini adalah bagian dari realitas ekonomi yang harus mereka hadapi setiap hari. Ini membuktikan bahwa hidup di surga tropis ada harganya.
Menyusul di posisi kedua, masih dari wilayah Karibia, adalah Kepulauan Cayman. Serupa dengan Bermuda, wilayah ini juga dikenal sebagai surga pajak dan tujuan wisata eksklusif. Harga roti di sini mencapai 2,5 kali lipat dari rata-rata dunia, sebuah angka yang fantastis untuk kebutuhan pokok.
Perekonomian yang berfokus pada jasa keuangan dan pariwisata kelas atas mendorong upah dan harga sewa properti menjadi sangat tinggi. Akibatnya, biaya operasional untuk toko roti pun ikut meroket. Ketergantungan pada impor pangan menjadi faktor penentu yang membuat harga roti dan bahan makanan lainnya menjadi sangat mahal bagi penduduk lokal maupun turis.
Di puncak takhta negara dengan roti termahal di dunia adalah Bermuda, sebuah wilayah kepulauan kecil di Samudra Atlantik. Dengan indeks harga mencapai 318,5, harga roti di sana lebih dari tiga kali lipat rata-rata global! Penyebab utamanya adalah biaya hidup yang sangat tinggi dan ketergantungan total pada barang-barang impor, termasuk semua bahan baku untuk membuat roti seperti tepung terigu.
Sebagai pusat keuangan lepas pantai dan destinasi wisata mewah, semua harga di Bermuda melambung tinggi, tidak terkecuali harga makanan. Biaya logistik untuk mengirimkan barang ke pulau terpencil ini menambah beban signifikan pada harga akhir produk. Jadi, jangan kaget jika membeli sepotong roti tawar di sana terasa seperti membeli kue premium di tempat lain.