Harga properti di Eropa terus menjadi topik hangat di kalangan investor, pembeli rumah, dan bahkan penyewa. Di tahun 2024, negara-negara Eropa menunjukkan variasi yang mencolok dalam hal indeks harga properti mereka. Indeks harga properti adalah alat yang sangat berguna untuk memahami berapa tahun seseorang harus menabung seluruh penghasilannya untuk bisa membeli rumah di negara tertentu. Dengan kata lain, semakin tinggi indeks ini, semakin mahal harga properti di negara tersebut.
Pada artikel ini, kita akan melihat negara-negara di Eropa yang memiliki indeks harga properti tertinggi di tahun 2024. Dari Serbia yang menempati posisi teratas hingga Kroasia yang berada di posisi kesepuluh, data ini memberi gambaran mendalam tentang tantangan yang dihadapi pembeli rumah di berbagai bagian benua ini. Mari kita lihat lebih dekat negara-negara dengan harga properti paling tinggi di Eropa tahun ini!
Kroasia menempati posisi kesepuluh dalam daftar ini dengan indeks harga properti sebesar 13,4 tahun. Artinya, penduduk Kroasia harus menabung selama lebih dari 13 tahun untuk bisa membeli rumah. Di Kroasia, Dubrovnik dan Zagreb adalah dua kota utama di mana harga properti telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Lonjakan ini sebagian besar dipicu oleh sektor pariwisata yang kuat, serta permintaan dari investor asing.
Meskipun begitu, ada daerah-daerah di Kroasia yang masih menawarkan properti dengan harga yang lebih terjangkau, terutama di luar daerah-daerah wisata utama. Namun, bagi penduduk lokal yang ingin memiliki rumah di kota besar, harga yang tinggi tetap menjadi tantangan yang signifikan.
Yunani menempati posisi kesembilan dengan indeks harga properti sebesar 13,6 tahun. Ini menunjukkan bahwa seorang penduduk di Yunani harus menabung seluruh penghasilannya selama lebih dari 13 tahun untuk membeli rumah. Athena dan Thessaloniki adalah dua kota utama di mana harga properti telah mengalami kenaikan signifikan. Faktor-faktor seperti pariwisata yang berkembang pesat dan peningkatan permintaan perumahan berkontribusi pada tingginya harga properti di Yunani.
Meski Yunani memiliki daerah-daerah yang lebih terjangkau, kota-kota besar tetap menjadi tantangan utama bagi penduduk yang ingin memiliki rumah. Pemerintah Yunani mungkin perlu mempertimbangkan langkah-langkah untuk membuat perumahan lebih terjangkau bagi masyarakat umum.
Belarus menempati posisi kedelapan dengan indeks harga properti sebesar 13,7 tahun. Ini berarti penduduk Belarus perlu menabung selama lebih dari 13 tahun untuk membeli rumah. Di negara ini, harga properti dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah. Meskipun Minsk, ibu kota Belarus, mengalami kenaikan harga properti, beberapa wilayah lain di Belarus masih menawarkan properti dengan harga yang lebih rendah.
Meskipun begitu, bagi banyak penduduk Belarus, memiliki rumah tetap menjadi tantangan besar. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang berpenghasilan rendah, yang mungkin harus menabung lebih lama untuk bisa membeli rumah.
Hongaria atau Hungaria berada di posisi ketujuh dengan indeks harga properti sebesar 13,8 tahun. Ini menunjukkan bahwa penduduk di negara ini harus menabung hampir 14 tahun penghasilannya untuk bisa memiliki rumah. Budapest, sebagai ibu kota, adalah salah satu tempat dengan harga properti tertinggi, didorong oleh permintaan yang tinggi baik dari penduduk lokal maupun dari investor asing. Sementara itu, daerah-daerah di luar Budapest mungkin masih memiliki harga properti yang lebih terjangkau.
Meski begitu, tingginya harga properti di Budapest menandakan adanya tekanan pada pasar perumahan, terutama bagi penduduk yang berpenghasilan rendah. Pemerintah Hongaria mungkin perlu mempertimbangkan kebijakan yang dapat meringankan beban ini bagi para pembeli rumah.
Albania menempati posisi keenam dengan indeks harga properti sebesar 14,1 tahun. Artinya, penduduk Albania harus menabung seluruh penghasilannya selama lebih dari 14 tahun untuk bisa membeli rumah. Harga properti di Albania terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi dan investasi infrastruktur yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tirana, ibu kota Albania, menjadi pusat dari kenaikan harga ini, di mana permintaan properti meningkat pesat.
Namun, meskipun harga properti tinggi di daerah perkotaan, beberapa wilayah pedesaan di Albania masih menawarkan properti dengan harga yang lebih terjangkau. Ini memberikan kesempatan bagi penduduk lokal yang mencari opsi perumahan yang lebih murah.
Slovakia berada di posisi kelima dengan indeks harga properti sebesar 14,5 tahun. Warga Slovakia perlu menabung lebih dari 14 tahun penghasilan mereka untuk bisa membeli rumah, mencerminkan harga properti yang cukup tinggi. Di negara ini, harga properti terus meningkat, terutama di kota-kota besar seperti Bratislava. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingginya harga properti di Slovakia termasuk meningkatnya urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, serta minat dari investor asing.
Di sisi lain, harga properti yang tinggi ini juga berdampak pada meningkatnya kesenjangan sosial antara mereka yang memiliki properti dan yang tidak. Pemerintah Slovakia mungkin perlu mempertimbangkan kebijakan yang dapat membantu generasi muda dan mereka yang berpenghasilan rendah untuk lebih mudah memiliki rumah.
Makedonia Utara, atau secara resmi disebut sebagai The former Yugoslav Republic of Macedonia, menduduki posisi keempat dengan indeks harga properti 14,8 tahun. Ini berarti penduduk di negara ini perlu menabung hampir 15 tahun dari penghasilannya untuk membeli rumah. Harga properti yang tinggi ini menunjukkan tantangan yang signifikan bagi banyak orang, terutama bagi generasi muda yang ingin memiliki rumah pertama mereka. Urbanisasi yang cepat dan peningkatan permintaan perumahan di kota-kota besar seperti Skopje telah berkontribusi pada lonjakan harga ini.
Selain itu, sektor properti di Makedonia Utara juga dipengaruhi oleh investasi asing, yang semakin memperketat pasar. Meskipun demikian, daerah pedesaan mungkin masih menawarkan alternatif yang lebih terjangkau bagi mereka yang ingin membeli properti dengan harga lebih rendah.
Ukraina berada di posisi ketiga dengan indeks harga properti sebesar 15,0 tahun. Penduduk di Ukraina harus menabung selama 15 tahun dari seluruh penghasilannya untuk bisa membeli rumah. Seperti halnya di banyak negara Eropa lainnya, harga properti di Ukraina sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang tidak menentu, serta situasi politik yang menambah ketidakpastian di pasar properti. Meski ada beberapa daerah di Ukraina yang masih memiliki harga properti yang lebih terjangkau, kota-kota besar seperti Kyiv dan Lviv melihat kenaikan harga yang signifikan.
Di tengah ketidakstabilan politik dan ekonomi, permintaan untuk properti di daerah yang lebih stabil dan berkembang tetap tinggi, sehingga mendorong harga ke atas. Ini menambah beban bagi penduduk lokal yang sudah berjuang dengan biaya hidup yang terus meningkat.
Di posisi kedua, Federasi Rusia menampilkan indeks harga properti sebesar 16,1 tahun. Artinya, rata-rata penduduk di Rusia perlu menabung selama lebih dari 16 tahun untuk bisa memiliki rumah. Tingginya indeks ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang kompleks, termasuk ketidakstabilan ekonomi, inflasi, dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi pasar properti. Meskipun Rusia memiliki wilayah yang luas, area perkotaan seperti Moskow dan Saint Petersburg mengalami tekanan besar pada harga properti.
Permintaan yang terus meningkat di kota-kota besar, diiringi oleh keterbatasan lahan dan tingginya biaya konstruksi, membuat harga properti melonjak. Ini menimbulkan tantangan besar bagi penduduk lokal yang berpenghasilan rata-rata dan ingin memiliki rumah di daerah perkotaan.
Di puncak daftar, Serbia menonjol dengan indeks harga properti tertinggi di Eropa pada tahun 2024. Dengan angka 16,8 tahun, ini berarti seorang penduduk Serbia harus menabung seluruh penghasilannya selama hampir 17 tahun untuk bisa membeli rumah. Harga properti yang tinggi ini mencerminkan berbagai faktor, termasuk meningkatnya permintaan, terbatasnya penawaran, dan mungkin juga dampak dari perkembangan infrastruktur dan urbanisasi yang pesat. Kondisi ini menantang bagi pembeli rumah pertama dan bahkan bagi investor yang mencari keuntungan di pasar properti Serbia.
Bagi banyak orang di Serbia, impian memiliki rumah bisa terasa jauh dari kenyataan, mengingat waktu yang dibutuhkan untuk menabung cukup lama. Pemerintah dan pembuat kebijakan mungkin perlu mempertimbangkan solusi untuk mengurangi tekanan ini, baik melalui peningkatan pasokan perumahan atau kebijakan yang mendukung pembeli rumah pertama.