Manchester City, nama yang identik dengan kekuatan finansial tak terbatas dan dominasi di lapangan hijau. Sejak diakuisisi oleh Abu Dhabi United Group, The Citizens telah bertransformasi dari tim papan tengah menjadi salah satu raksasa sepak bola dunia yang paling ditakuti. Kunci dari kesuksesan fenomenal ini tentu saja adalah strategi transfer jitu yang didukung oleh dana melimpah.
Mereka tidak ragu untuk mengeluarkan uang dalam jumlah masif demi mendatangkan talenta-talenta terbaik dari seluruh penjuru dunia. Setiap jendela transfer, selalu ada nama besar yang dikaitkan dengan kepindahan ke Etihad Stadium, dan seringkali rumor tersebut menjadi kenyataan. Pembelian pemain dengan harga selangit ini bukan sekadar untuk gengsi, melainkan sebuah investasi untuk membangun dinasti yang berkelanjutan.
Dari bek tangguh yang menjadi pondasi pertahanan, gelandang maestro yang mengatur ritme permainan, hingga penyerang lincah yang menjadi mesin gol, setiap rekrutan mahal memiliki ceritanya sendiri. Daftar ini akan membawa kita menelusuri 10 pembelian termahal dalam sejarah Manchester City. Siapa saja mereka dan bagaimana dampaknya bagi tim? Mari kita bongkar satu per satu!
Kepindahan Raheem Sterling dari Liverpool ke Manchester City pada usia muda adalah salah satu transfer paling kontroversial saat itu, namun terbukti menjadi langkah yang sangat sukses. Di bawah Guardiola, Sterling bertransformasi dari seorang winger cepat yang mentah menjadi salah satu penyerang paling produktif di Eropa. Gerakan tanpa bolanya untuk menyelinap di belakang pertahanan lawan menjadi ciri khasnya.
Selama bertahun-tahun, Sterling secara konsisten mencetak dua digit gol setiap musim dan menjadi andalan di lini depan City. Ia memenangkan banyak gelar Liga Premier dan piala domestik lainnya, memberikan kontribusi besar bagi kesuksesan tim. Meskipun terkadang dikritik karena penyelesaian akhirnya, angka-angka statistik membuktikan betapa vitalnya peran Sterling bagi dinasti City.
João Cancelo mungkin adalah salah satu bek sayap paling unik dan berpengaruh secara taktis di era modern. Di bawah bimbingan Guardiola, pemain asal Portugal ini merevolusi perannya, seringkali bermain sebagai 'inverted full-back' yang masuk ke lini tengah untuk bertindak sebagai playmaker tambahan. Kemampuan teknis dan kreativitasnya setara dengan seorang gelandang serang kelas dunia.
Pada puncak performanya, Cancelo adalah salah satu pemain City yang paling berbahaya, menciptakan peluang dari posisi yang tidak terduga dengan umpan-umpan eksteriornya yang khas. Meskipun karirnya di City berakhir secara mendadak, tidak ada yang bisa menyangkal dampak luar biasa yang ia berikan. Ia menunjukkan kepada dunia bahwa seorang bek sayap bisa menjadi lebih dari sekadar pemain bertahan.
Aymeric Laporte didatangkan dari Athletic Bilbao sebagai bek tengah modern yang sangat sesuai dengan filosofi Pep Guardiola. Kemampuan utamanya adalah ketenangan saat menguasai bola dan akurasi umpannya yang luar biasa, terutama umpan-umpan panjang yang mampu membelah pertahanan lawan. Bek berkaki kiri ini menjadi pilar utama pertahanan City selama beberapa musim yang sarat gelar.
Meskipun perjalanannya sempat terganggu oleh beberapa cedera, kualitas Laporte tidak pernah diragukan saat ia fit. Ia membentuk kemitraan yang solid dengan berbagai bek tengah lainnya dan memainkan peran kunci dalam membangun serangan dari belakang. Keputusannya untuk membela tim nasional Spanyol juga menunjukkan ambisinya di level tertinggi.
Setelah membawa Leicester City meraih gelar dongeng Liga Premier, Riyad Mahrez mengambil langkah berikutnya dengan bergabung ke Manchester City. 'Penyihir' asal Aljazair ini membawa sihirnya ke Etihad dengan skill individu yang memukau dan kaki kiri yang mematikan. Gerakan khasnya memotong dari sayap kanan dan melepaskan tembakan melengkung menjadi mimpi buruk bagi pertahanan lawan.
Meskipun sering menjadi bagian dari sistem rotasi Guardiola, Mahrez selalu memberikan kontribusi signifikan setiap kali diberi kesempatan. Ia mencetak banyak gol dan assist krusial, terutama di panggung Liga Champions. Kehadirannya memberikan kedalaman skuad yang luar biasa dan menjadi pembeda di pertandingan-pertandingan ketat sebelum akhirnya melanjutkan karirnya di Arab Saudi.
Mencari pengganti Fernandinho adalah tugas yang nyaris mustahil, tetapi Manchester City berhasil menemukannya pada diri Rodri. Gelandang bertahan asal Spanyol ini didatangkan dari Atlético de Madrid dan telah berkembang menjadi pemain yang tak tergantikan di posisi nomor 6. Rodri bukan hanya pemotong serangan lawan, tetapi juga titik awal dari setiap serangan City dengan distribusi bolanya yang akurat.
Ia adalah pemain yang paling konsisten di skuad dan seringkali disebut sebagai 'lem' yang menyatukan tim. Puncak penampilannya tentu saja adalah gol tunggal penentu kemenangan di final Liga Champions 2023, sebuah momen yang mengukuhkan statusnya sebagai legenda klub. Tanpa Rodri, mesin permainan City seringkali tidak berjalan semulus biasanya.
Kedatangan Rúben Dias dari SL Benfica adalah momen transformatif bagi pertahanan Manchester City. Setelah kepergian Vincent Kompany, City sempat terlihat rapuh di belakang, namun Dias datang dan seketika menjadi pemimpin baru. Ia membawa ketangguhan, determinasi, dan aura kepemimpinan yang langsung menular ke seluruh tim.
Dampaknya begitu instan hingga ia dianugerahi penghargaan FWA Footballer of the Year di musim debutnya, sebuah pencapaian langka bagi seorang bek. Dias adalah bek tengah yang tanpa kompromi, kuat dalam duel, dan cerdas dalam membaca permainan. Transfernya terbukti menjadi masterstroke yang menjadi fondasi bagi dominasi City di kompetisi domestik dan Eropa.
Omar Marmoush menjadi nama terbaru yang masuk dalam daftar elite ini, sebuah langkah mengejutkan yang menunjukkan pandangan jauh ke depan dari manajemen City. Penyerang serba bisa asal Mesir ini didatangkan dari Eintracht Frankfurt setelah musim yang mengesankan di Bundesliga. Marmoush menawarkan kecepatan, kemampuan dribel, dan energi yang akan menyegarkan lini serang City.
Pembelian ini dilihat sebagai investasi untuk masa depan, mempersiapkan tim untuk era selanjutnya dan memberikan persaingan sehat di lini depan. Sebagai pemain yang bisa beroperasi di berbagai posisi menyerang, ia memberikan Guardiola opsi taktis yang lebih beragam. Kedatangannya juga menarik perhatian besar dari penggemar di Timur Tengah dan Afrika, melanjutkan tradisi bintang Mesir yang bersinar di Liga Inggris.
Jika ada pembelian yang nilainya terasa murah meskipun harganya sangat mahal, itu adalah Kevin De Bruyne. Didatangkan dari VfL Wolfsburg setelah sempat dianggap gagal di Chelsea, De Bruyne menjelma menjadi jantung dan otak permainan Manchester City. Ia adalah definisi dari seorang gelandang komplet dengan visi bermain, jangkauan umpan, dan kemampuan menembak yang tidak ada duanya.
Selama bertahun-tahun, pemain asal Belgia ini secara konsisten menjadi pemain terbaik di Liga Premier dan salah satu yang terbaik di dunia. Kontribusinya dalam bentuk gol, assist, dan kepemimpinan di lapangan telah menghasilkan puluhan trofi bagi The Citizens. De Bruyne bukan lagi sekadar rekrutan mahal, ia adalah legenda hidup klub yang performanya telah melampaui harga transfernya berkali-kali lipat.
Josko Gvardiol, bek muda fenomenal asal Kroasia, menjadi rekrutan besar City untuk memperkokoh lini pertahanan mereka. Didatangkan dari RB Leipzig, Gvardiol sudah lama menjadi incaran banyak klub top Eropa berkat penampilan impresifnya di Bundesliga dan Piala Dunia. Ia adalah prototipe bek modern yang dicari Guardiola: kuat dalam bertahan, cepat, dan sangat nyaman saat menguasai bola.
Kemampuannya yang serba bisa, dapat bermain sebagai bek tengah maupun bek kiri, memberikan fleksibilitas taktis yang luar biasa bagi City. Investasi besar ini dilihat sebagai langkah jangka panjang untuk memastikan lini belakang City tetap solid untuk dekade berikutnya. Gvardiol dengan cepat beradaptasi dan menunjukkan bahwa ia layak dihargai mahal sebagai salah satu bek terbaik di generasinya.
Jack Grealish memegang status sebagai pemain termahal dalam sejarah Manchester City dan juga rekor transfer di Liga Premier Inggris saat itu. Didatangkan dari Aston Villa, klub masa kecilnya, dengan ekspektasi setinggi langit, Grealish membawa gaya bermain yang unik ke Etihad. Kemampuannya dalam menggiring bola, menarik lawan, dan menciptakan pelanggaran di area berbahaya menjadi senjata taktis baru bagi tim asuhan Pep Guardiola.
Meskipun musim pertamanya dianggap sebagai masa adaptasi, Grealish perlahan tapi pasti membuktikan kualitasnya dan menjadi bagian integral dari skuad yang memenangkan treble bersejarah. Ia bukan hanya sekadar pemain sayap, tetapi juga seorang kreator yang cerdas dalam memahami sistem permainan Guardiola yang kompleks. Transfer ini adalah penegasan status City sebagai klub yang mampu mendatangkan talenta terbaik Inggris dengan harga berapa pun.